Dwi Yulianti
#KamisMenulis
“Tugas
kali ini menjawab sepuluh soal yang ada di papan tulis. Waktunya satu jam. Kerjakan
berkelompok, masing-masing 4 orang sesuai absen. Silakan,” jelas Bu Aminah mengenai
tugas matematika hari ini.
Aku langsung bangun menuju Hendra
karena yakin pasti satu kelompok, dan menunggu dua teman lagi. Dwi dan Tari
menghampiri kami. Aku bertanya dalam hati, memang mereka kelompok kami. Mataku
menatap Hendra seakan bertanya.
“Hei! Ayo kita mulai diskusi,” ujar Tari
pada Handi dan Hendra. Namun kedua teman mereka hanya diam saja.
“Nama awal kita H,” ujar Dwi sedikit
kesal.
“Hestiana Dwi Utami.” Tari menyebut
nama lengkap Dwi dengan kesal.
“Aku, Hardiantari Putri. Masih
bingung?”
“Bukan. Bukan. Kaget saja akhirnya
satu kelompok sama jagoan di kelas,” jawab Hendra seenaknya.
Dwi dan Tari memang jago matematika. Namun
mereka juga sedikit sombong. Nilai matematika saat ulangan saja tak pernah di
bawah 90. Apalagi jika hanya latihan. Nilai 100 selalu tertulis dibuku mereka. Banyak
yang iri dengan kepandaian mereka.
Aku dan Hendra akhirnya duduk di kursi
yang sudah disusun mengelilingi meja. Empat kursi kini sudah terisi. Mereka
memulai diskusi kelompok.
Tak terasa sudah tiga puluh menit
mereka mengerjakan tugasnya, ada dua nomor soal yang didiskusikan agak lama.
Mereka mendebatkan angka berbeda yang
mereka tulis. Aku dan Hendra menulis “18 siswa gemar futsal” pada soal nomor 7, sedangkan Dwi dan Tari menuliskan
“16 siswa gemar futsal”. Akhirnya Aku dan Hendra mengalah.
Soal nomor 10, mereka menuliskan angka
yang berbeda juga. 798 dan 788.
“Kali ini gantian dong. Tadi angka
kalian yang dipakai. Sekarang angka kita.” Hendra sedikit memaksa agar angka
yang digunakan adalah angka yang mereka tulis. Setelah sepakat maka angka yang
digunakan adalah 798.
Setelah semua selesai. Mereka
menuliskan jawaban soal pada buku masing-masing yang nantinya akan dikumpulkan.
“Waktunya sepuluh menit lagi.” Bu
Aminah mengingatkan.
Ucapan Bu Aminah bersamaan dengan selesainya
mereka menulis jawaban di buku tulis. Aku dan Hendra langsung bangun dengan
sedikit bangga karena menjadi kelompok yang selesai pertama. Mereka menyerahkan
buku pada Bu Aminah, dilanjutkan Dwi dan Tari. Semua mata memperhatikan mereka
sesaat. Karena siswa yang lain juga tak ingin kehabisan waktu menyelesaikannya.
Mereka menunggu nilai yang akan
dituliskan pada jawaban mereka. Aku yakin nilainya akan seratus.
“Kelompok Handi. Silakan diambil
bukunya. Untuk kelompok yang lain. Waktunya habis. Silakan dikumpulkan.”
Aku berjalan ke meja Bu Aminah
menerima buku yang diberikan. Sesampainya kembali ke meja tempat berdiskusi, aku membagikan buku pada Hendra, Dwi, dan
Tari.
“Silakan beristirahat. Kita tutup
pelajaran kali ini dengan membaca Alhamdulillah.” Bu Aminah segera
beranjak dari kursinya dan berjalan ke luar kelas.
Kami langsung membuka buku
masing-masing untuk melihat nilai kami. Delapan Puluh.
“Apa? Nomor 7 dan 10 salah.” Hendra berteriak
sehingga teman-teman yang sedang berjalan ke luar kelas menengok pada kami.
“Nggak apa juga sih, ini adalah nilai
paling bagus di pelajaran matematika.” Lanjut Hendra dengan suara yang sudah merendah
volumenya. Teman-teman yang tadinya menghentikan langkahnya kini kembali melangkahkan kakinya keluar kelas.
Aku lihat Dwi dan Tari juga diam tak
bergerak melihat nilai di buku mereka. Aku berjalan ke arah papan tulis ingin
melihat kesalahan yang kami buat.
“Ha ha ha ...., kenapa angka delapan
bisa ditulis jadi angka enam dan sembilan ya?” ucapku setelah aku melihat
kesalahan yang kami lakukan.
Hendra, Dwi, dan Tari menghampiri aku.
Mereka melihat juga kesalahan yang telah kami lakuan.
“Ha ha ha ....” Akhirnya mereka
tertawa bersama. Meletakkan buku di meja masing-masing kemudian berjalan
mengikuti teman lainnya. Menuju kantin.
***
Wah asyiknya belajar matematika di kelas ya......
BalasHapusLuar biasa tulisannya keren...
BalasHapuskeren..
BalasHapusBelahar kelompok yg asyik
BalasHapusSeru!
BalasHapusMeskipun salah kalau dikerjakan bersama. Seru.
BalasHapusLumayan dapat nilai 8...
BalasHapusukkk... makan di kantin dulu!!!
Keren cerpennya. harus lebih teliti liatnnya ..
BalasHapus