Kamis, 07 Januari 2021

Salah Angka Delapan

 


Dwi Yulianti

#KamisMenulis

 

“Tugas kali ini menjawab sepuluh soal yang ada di papan tulis. Waktunya satu jam. Kerjakan berkelompok, masing-masing 4 orang sesuai absen. Silakan,” jelas Bu Aminah mengenai tugas matematika hari ini.

          Aku langsung bangun menuju Hendra karena yakin pasti satu kelompok, dan menunggu dua teman lagi. Dwi dan Tari menghampiri kami. Aku bertanya dalam hati, memang mereka kelompok kami. Mataku menatap Hendra  seakan bertanya.

          “Hei! Ayo kita mulai diskusi,” ujar Tari pada Handi dan Hendra. Namun kedua teman mereka hanya diam saja.

          “Nama awal kita H,” ujar Dwi sedikit kesal.

          “Hestiana Dwi Utami.” Tari menyebut nama lengkap Dwi dengan kesal.

          “Aku, Hardiantari Putri. Masih bingung?”

          “Bukan. Bukan. Kaget saja akhirnya satu kelompok sama jagoan di kelas,” jawab Hendra seenaknya.

          Dwi dan Tari memang jago matematika. Namun mereka juga sedikit sombong. Nilai matematika saat ulangan saja tak pernah di bawah 90. Apalagi jika hanya latihan. Nilai 100 selalu tertulis dibuku mereka. Banyak yang iri dengan kepandaian mereka.

          Aku dan Hendra akhirnya duduk di kursi yang sudah disusun mengelilingi meja. Empat kursi kini sudah terisi. Mereka memulai diskusi kelompok.

          Tak terasa sudah tiga puluh menit mereka mengerjakan tugasnya, ada dua nomor soal yang didiskusikan agak lama.

          Mereka mendebatkan angka berbeda yang mereka tulis. Aku dan Hendra menulis “18 siswa gemar futsal”  pada soal nomor 7, sedangkan Dwi dan Tari menuliskan “16 siswa gemar futsal”. Akhirnya Aku dan Hendra mengalah.

          Soal nomor 10, mereka menuliskan angka yang berbeda juga. 798 dan 788.

          “Kali ini gantian dong. Tadi angka kalian yang dipakai. Sekarang angka kita.” Hendra sedikit memaksa agar angka yang digunakan adalah angka yang mereka tulis. Setelah sepakat maka angka yang digunakan adalah 798.

          Setelah semua selesai. Mereka menuliskan jawaban soal pada buku masing-masing yang nantinya akan dikumpulkan.

          “Waktunya sepuluh menit lagi.” Bu Aminah mengingatkan.

          Ucapan Bu Aminah bersamaan dengan selesainya mereka menulis jawaban di buku tulis. Aku dan Hendra langsung bangun dengan sedikit bangga karena menjadi kelompok yang selesai pertama. Mereka menyerahkan buku pada Bu Aminah, dilanjutkan Dwi dan Tari. Semua mata memperhatikan mereka sesaat. Karena siswa yang lain juga tak ingin kehabisan waktu menyelesaikannya.

          Mereka menunggu nilai yang akan dituliskan pada jawaban mereka. Aku yakin nilainya akan seratus.

          “Kelompok Handi. Silakan diambil bukunya. Untuk kelompok yang lain. Waktunya habis. Silakan dikumpulkan.”

          Aku berjalan ke meja Bu Aminah menerima buku yang diberikan. Sesampainya kembali ke meja tempat berdiskusi,  aku membagikan buku pada Hendra, Dwi, dan Tari.

          “Silakan beristirahat. Kita tutup pelajaran kali ini dengan membaca Alhamdulillah.” Bu Aminah segera beranjak dari kursinya dan berjalan ke luar kelas.

          Kami langsung membuka buku masing-masing untuk melihat nilai kami. Delapan Puluh.

          “Apa? Nomor 7 dan 10 salah.” Hendra berteriak sehingga teman-teman yang sedang berjalan ke luar kelas menengok pada kami.

          Nggak apa juga sih, ini adalah nilai paling bagus di pelajaran matematika.” Lanjut Hendra dengan suara yang sudah merendah volumenya. Teman-teman yang tadinya menghentikan langkahnya kini kembali melangkahkan kakinya keluar kelas.

          Aku lihat Dwi dan Tari juga diam tak bergerak melihat nilai di buku mereka. Aku berjalan ke arah papan tulis ingin melihat kesalahan yang kami buat.

          “Ha ha ha ...., kenapa angka delapan bisa ditulis jadi angka enam dan sembilan ya?” ucapku setelah aku melihat kesalahan yang kami lakukan.

          Hendra, Dwi, dan Tari menghampiri aku. Mereka melihat juga kesalahan yang telah  kami lakuan.

          “Ha ha ha ....” Akhirnya mereka tertawa bersama. Meletakkan buku di meja masing-masing kemudian berjalan mengikuti teman lainnya. Menuju kantin.

 

***

8 komentar: