Rabu, 27 Januari 2021

Cerpen: Menerjang Badai Kehidupan

 



#SelasaBerbagi

Materi kali ini di sampaikan oleh Pak Susanto, S.Pd., biasa kami panggil "Pak D" di grup WA Lagerunal. Saya tak bisa menyimak sesuai agenda yang dijadwalkan pukul 15.00 - 17.00. Di saat yang sama saya ada agenda mengajar tambahan di rumah. Sebuah kegiatan yang saya lakukan hampir lima tahun belakangan. Setelah membaca paparan demi paparan serta contoh yang diberikan, walaupun tak ada tantangan yang diberikan. Saya berkeinginan menyelesaikan cerpen yang tema, premis, alur, dan penokohannya sudah dibuat sebelumnya. Semoga cerpen ini bisa membuat saya semakin memahami penulisan yang baik. Kekurangan dan belum tepatnya penulisan, mohon masukannya.


https://images.app.goo.gl/6ZCXoQrBe9JAXuay8


Menerjang Badai Kehidupan


Departemen kepegawaian. Tulisan yang berada tepat di atas pintu menyambutku ketika aku sampai di depan ruang Pak Handoko. Dia meminta aku menemuinya setelah istirahat makan siang. Hal itu disampaikan oleh karyawan lain yang baru saja dipanggilnya.

"Pak Rahmat Wijaya? Silakan duduk pak, tunggu sebentar ya," ujar Pak Handoko menghentikan pembicaraannya di telepon, sambil menunjuk sofa yang tepat berada di kanan meja kerjanya.

Aku mengangguk dan berjalan menuju sofa yang ditunjuk Pak Handoko. Masih terdengar suaranya sedang berbicara di telepon. Sepertinya membahas hal yang cukup serius. Tak lama setelah Pak Handoko meletakkan gagang telepon pada tempatnya. Dia berjalan menuju sofa di mana aku menunggu. 

Pak Handoko langsung membuka percakapan, seakan tak mau membuang waktu dia langsung menjelaskan kondisi perusahaan saat ini. Aku sudah mengetahui kondisi ini sejak dua bulan yang lalu, saat sepuluh karyawan mendapatkan pemutusan hubungan kerja.

"Bagaimana Pak Rahmat?" tanya Pak Handoko, kepala bagian departemen kepegawaian saat aku duduk terdiam mendengar penjelasan kondisi perusahaan. 

"Saya belum bisa memberikan jawaban pak," jawabku singkat.

"Baik Pak Rahmat, saya berikan waktu untuk berpikir satu pekan ini. Semoga bapak mengerti yang tadi saya sampaikan." tutup Pak Handoko sambil mempersilakan aku untuk meninggalkan ruangannya.

Aku berjalan lunglai menuju meja kerja. Walaupun aku sudah sedikit banyak mengetahui kondisi perusahaan, tetap saja setelah mendengarnya langsung aku sangat terkejut. Kondisi ini terjadi karena perekonomian yang tidak stabil. "Karya Ananda" adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang furnitur. Aku adalah salah satu karyawan yang bekerja pada awal berdirinya "Karya Ananda" tujuh tahun yang lalu.

Pemilik perusahaan berencana menjual seluruh aset perusahaan agar bisa membayarkan uang pesangon pada dua puluh lima karyawannya. Semua akan dilakukan awal bulan depan, artinya dua pekan lagi. Dua bulan yang lalu sudah sepuluh karyawan yang mendapatkan pemutusan hubungan kerja. Aku dan empat belas orang lagi termasuk Pak Handoko akan di PHK pada awal bulan depan. 

Aku masih duduk terdiam di kursi sambil memandang keluar jendela. Terlihat gerimis mulai turun membasahi daun yang bergerak tertiup angin yang semakin lama semakin kencang. Aku berpikir keras mengenai keputusan apa yang akan kuambil.

"Sepertinya aku akan meminta pendapat istriku dahulu, sebelum waktu sepekan yang diberikan Pak Handoko berakhir," ucapku dalam hati. 

Aku memutuskan pulang ke rumah, walaupun gerimis belum berhenti. Keinginanku menanyakan keputusan terbaik yang akan kuambil, membuatku ingin segera sampai di rumah dan bicara dengan istriku, Tri Widyandari.

***

"Ayah sudah pulang." 

Suara khas Ryan menyambutku dengan riang. Aku baru saja memarkirkan sepeda motor di teras depan rumah. 

"Assalamualaikum...," sapaku pada Ryan.

"Wa'alaikumsalam, ayah."

Ryan menjawab salamku sambil berjalan cepat menghampiriku, menggandeng tanganku dan berjalan beriringan masuk ke dalam rumah.

"Ryan, bereskan dahulu mainannya. Ayah biar mandi dahulu ya," pinta Tri pada Ryan anak kami.

"Baik bunda."

Ryan melepaskan gandengan tangganya, berjalan menuju ruang keluarga membereskan mainan yang tadi sedang dimainkannya. Aku masuk ke dalam kamar bergegas mandi, karena tadi gerimis masih turun sepanjang perjalanan pulang dan aku tak mengenakan mantel.

"Tri, ada yang ingin aku sampaikan," ujarku ketika keluar dari kamar mandi dan melihatnya duduk merapikan pakaian di pinggir tempat tidur.

"Saya juga ada yang ingin di sampaikan, Mas Rahmat," ucap Tri sambil menoleh ke arahku. 

"Ada apa Tri?" tanyaku sambil menghempaskan badanku di kasur.

"Mas, ini..." 

Tri menyodorkan sebuah amplop biru. Aku melihat tulisan di amplop tersebut "Tespek". Kubuka pelan dan di sana ada dua garis yang sangat jelas. Itu artinya...

"Saya hamil mas," jelas Tri melihat aku terdiam memandang hasil tes kehamilan.

"Alhamdulillah," ucapku sambi bangun dari rebahan dan memeluk Tri lembut.

"Ya Allah, aku nggak mungkin memberitahu kabar pekerjaanku, jika Tri hamil." Batinku berkata dan aku semakin memeluk erat Tri.

"Bunda, Ryan sudah rapikan mainannya," ucap Ryan yang tiba-tiba sudah ada di dalam kamar kami.

Tri melepaskan pelukannya, dan tersenyum pada Ryan.

"Anak sholeh. Sini, Nak. Bunda mau memberitahukan sesuatu." Tri berujar sambil memanggil Ryan untuk mendekati kami.

"Ryan mau punya adik?" tanya Tri sambil melirik ke arahku.

"Mau bunda, mau. Aku mau adik perempuan ya bunda," ujar Ryan sambil memeluk Tri dengan hangat. Aku hanya tersenyum dan mengangguk saat Ryan melihat ke arahku.

"Hore..., Ryan mau punya adik. Makasih bunda."

Ryan melompat ke arahku dan memelukku seperti memeluk bundanya tadi. Keputusanku sudah bulat aku tak mau membuat Tri memikirkan PHK yang akan aku jalani awal bulan nanti.


Bersambung


Mohon masukannya untuk penulisan yang baik. Terutama pada dialog tag terkait tanda baca dan huruf kapital. Karena masih belajar membuatnya. Terima kasih sebelumnya.




Kamis, 21 Januari 2021

Kata Lose

 



#KamisMenulis

Tantangan menulis kali ini adalah yang terberat saya rasakan. Bukan karena tema "SuakaMargaKata" yang berat, namun pemilihan kata "lose" yang membuat bingung. Kata ini jika dalam English vocabulary  mungkin tak akan membuat saya berlama-lama berpikir. Ternyata kata ini ada dalam KBBI memiliki arti yang luar biasa pula. "Kelas tertinggi atau terbaik".

Jika merujuk dari arti kata sangat mudah mencontohkan kata "lose" dalam makna secara harfiah, antara lain:
1. kelompok  peserta didik yang unggul dalam sebuah sekolah.
2. Peserta didik yang memiliki prestasi menjadi juara tingkat nasional.
3. Pelari yang sering memenangkan lomba tingkat nasional bahkan internasional

Namun, jika dibentuk dalam rangkaian kata menjadi sebuah kalimat yang memiliki unsur subyek, predikat, obyek, dan keterangan, maka kata "lose" belum dapat saya tuliskan dengan baik.

Sebagai contoh:
Andi belajar di lose matematika.
(pada contoh ini sepertinya "lose" menempati unsur keterangan yang menjelaskan sebuah obyek atau sebaliknya)

Saya masih harus belajar pada "master" Bahasa Indonesia agar tak ada kesalahan dalam pemahaman kata "lose" ini. Tulisan kali ini hanya sebuah ungkapan isi hati. Sejak subuh, hingga kata demi kata dituliskan, masih memikirkan tulisan yang akan dibuat kali ini.

Sekian curahan hati mengenai "lose". 

Maaf jika tak bisa memberikan tulisan yang baik.

Depok, 21 Januari 2021
23.23
Catatan Harian DY




Selasa, 19 Januari 2021

Alur/Plot dan Penokohan

 




https://images.app.goo.gl/6ZCXoQrBe9JAXuay8



#SelasaBerbagi


Setelah membuat tema dan premis pada materi sebelumnya, saya mencoba mengambil satu yang akan dijadikan cerpen nanti. Setelah mempelajari materi sore tadi saya memilih tema kelima yang akan saya gali lebih dalam lagi. 

Tema: Bertahan dari badai kehidupan.
Premis: Seorang ayah yang bertahan dari semua badai yang menerpa tanpa ingin diketahui keluarganya, hingga akhirnya bisa menemukan hal yang membahagiakan keluarganya.

Berdasarkan tantangan yang dibuat, maka berikut adalah alur/plot yang saya coba tuangkan:



Penokohan yang akan dikisahkan adalah sebagai berikut:


Demikian tantangan #SelasaBerbagi hari ini. Semoga saat mengembangkan menjadi kata demi kata, kalimat, paragraf, serta percakapan. Lancar hingga selesai menjadi sebuah cerpen. Aamiin.



Depok, 19 Januari 2021
Catatan Harian Dwi Yulianti










Senin, 18 Januari 2021

Menemukan Rasa Cinta

 #SeninBlogWalking



https://images.app.goo.gl/j8dDr6xCEavGmcra7 


Perjalanan mengajar di sekolah dasar membuat cakrawala berpikir saya terbuka lebar. Kemampuan saya  di satu bidang pelajaran tak bisa menjadi landasan saat mengajar karakter peserta didik. Dengan memahami, mengamati, dan menganalisis kejadian di kelas serta melihat nilai akademik yang diraih menjadi pembelajaran yang sangat berharga. Hal itulah yang menyebabkan perlunya menimba ilmu kembali, bagaimana belajar dan mengajar di sekolah dasar. 

Ternyata... saya telah melakukan praktik terlebih dahulu baru mempelajari dasar ilmunya. Belajar mengenai Perkembangan Peserta Didik, Perspektif Pendidikan SD, Strategi Pembelajaran di SD, hingga Evaluasi Pembelajaran di SD baru saya lakukan setelah 5 tahun mengajar di sekolah dasar. Itulah mengapa saya selalu berkata dalam hati, "waduh, ini kan kejadian di sekolah dahulu". Setelah selesai menjadi mahasiswi ketiga kalinya, langkah kaki menapaki jalan demi jalan di sekolah dasar terasa lebih ringan. Minimal sudah ada bahan bacaan yang menjadi referensi jika menemukan batu-batu kecil di jalan.

Setelah semua berjalan sesuai koridornya, keinginan untuk mengetahui belahan dunia pendidikan lain menjadi sebuah keinginan yang sangat kuat. Setiap kegiatan yang melibatkan pendidik dari "Sabang sampai Merauke" (seperti judul lagu) ingin rasanya ikut serta. Sebagian besar kegiatan yang dilakukan memberikan syarat menulis. PTK, Hasil Kajian, hingga Praktik Terbaik. Dimulailah seribu satu jalan untuk bisa menulis.

PTK merupakan pengalaman pertama menulis, selanjutnya membuat hasil kajian. Alhamdulillah hasil kajian yang saya buat, bisa mewujudkan mimpi bertemu pendidik hebat di Indonesia. Hanya decak kagum setiap kali mendengar mereka menceritakan perjuangan mengajar. Luar biasa. Saya harus banyak bersyukur karena berada di wilayah yang sangat mendukung juga sekolah yang memiliki sarana prasarana sangat baik. Mereka menuliskan pengalaman dalam karya buku yang dapat memberikan motivasi dan inspirasi.

Kini, belajar dan terus belajar menulis akan selalu saya lakukan. Saya mulai menuliskan puisi hingga cerita pendek di sela waktu mengajar full day. Pelatihan bagaimana menulis pemula saya dapatkan dengan mengikuti kegiatan selama tiga hari dua malam, Februari 2020. Buku solo saya berhasil diterbitkan bulan Juni, setelah melalui proses selama kurang lebih tiga bulan. Setelah buku solo lahir, entah mengapa menulis menjadi lebih mudah. Hingga akhirnya saya jatuh hati pada karya yang indah. Saatnya saya mulai belajar bagaimana menulis dengan penulisan yang baik.

Untuk mendapatkan pengetahuan mengenai penulisan yang baik, saya mulai mencari penulis yang memiliki pengalaman yang luas. Saya akhirnya bertemu dengan "Lagerunal". Walaupun tak bisa aktif dalam setiap kegiatannya. Saya selalu menyempatkan membaca materi yang disampaikan atau kegiatan berbagi yang dilakukan. Saya mengucapkan ribuan terima kasih pada semua penulis yang telah memberikan ilmunya dan berbagi. Belajar memperbaiki hasil tulisan yang saya buat, adalah pengetahuan baru yang akan terus saya gali.  Semoga semua selalu diberikan kesehatan, kemudahan, dan kelancaran. Aamiin.


"Karya yang dibuat dengan hati, selalu memberikan arti. Tak akan lekang oleh waktu."

Depok, 18 Januari 2021


Minggu, 17 Januari 2021

Membuat Premis

 

#SelasaBerbagi


Sejujurnya saya belum memahami dengan baik, bagaimana menuangkan tema menjadi sebuah premis. Jika membaca bahwa premis adalah koridor dalam membuat cerpen, maka saya berusaha menarik garis antara tema dan outline.  Nantinya premis yang akan menjadi koridor cerita yang akan dibuat. Apakah benar yang saya tangkap tentang premis? Mohon arahannya penulis hebat, semoga berkenan membaca coretan tema dan premis cerpen yang akan saya buat.

Tema: 

1. Perjuangan seorang guru menjadi penulis

2. Menggambar ilustrasi, sebuah anugerah terindah dari seorang siswa SD 

3. Romantika sahabat satu hati

4. Persaingan dan persahabatan

5. Bertahan dari badai kehidupan 


Premis:

1. Seorang guru yang awalnya tak bisa menulis, menemukan dunia baru yang disukai walaupun aral merintang serta tak banyak yang mendukungnya akhirnya berhasil menjadi seorang penulis media lokal.

2. Seorang siswi sekolah dasar yang pendiam, tak memiliki banyak teman berhasil menggoreskan karya ilustrasi terbaiknya menjadi juara di tingkat Nasional.

3. Perjalanan dua sahabat sejak SMP hingga masa kuliah yang sulit dilalui dengan suka cita hingga akhirnya menjadi sahabat dua hati dalam kehidupan berkeluarga.

4. Kisah perjalanan masa SMA yang diawali dengan persaingan menjadi yang terhebat berakhir dengan persahabatan di akhir perjalanan menggapai impian.

5. Seorang ayah yang bertahan dari semua badai yang menerpa tanpa ingin diketahui keluarganya, hingga akhirnya bisa menemukan hal yang membahagiakan keluarganya.


Masih ada beberapa ganjalan yang membuat saya belum yakin dengan premis yang dibuat. Semoga masukan dan arahan bisa menambah pengetahuan saya, bagaimana membuat kerangka cerpen yang baik.


Depok, 17 Januari 2021

Kembali Berkreativitas

    




Pembelajaran sudah berlangsung satu pekan. Entah mengapa kenyamanan saat libur, membuat semangat untuk membuat video pembelajaran sedikit berkurang. Proses yang memerlukan beberapa tahap membuat rasa malas menerjang. Modul pembelajaran memang sudah disampaikan pekan kemarin, kini media penunjang pembelajaran harus disiapkan. 

Jumat, 15 Januari 2021 kumulai juga proses pembuatan video pembelajaran. Menyiapkan materi sesuai modul dan menyusunnya agar menarik. Membuat rekaman suara agar lebih jelas, dan terakhir menggabungkan video materi dengan rekaman suara. Proses terakhir memerlukan kesabaran dan ketelitian. Alhamdulillah, akhirnya satu video pembelajaran materi Ilmu Pengetahuan Alam untuk Tema 6 berhasil dibuat. Langkah selanjutnya meng-upload di youtube chanel. Setelah semua selesai tautan akan dibagikan pada whatsapp grup kelas. Semoga anak-anak bisa lebih memahami materinya setelah sebelumnya mempelajari dari modul kini melalui media audio visual. 

Kini, masih ada satu video pembelajaran yang akan dibuat. Materi matematika, dengan target sebelum pembelajaran matematika di Jumat, 22 Januari mendatang video sudah dipelajari oleh anak-anak di rumah. Semoga tetap semangat mempersiapkan perangkat pembelajaran... Aamiin.


Berikut tautan video pembelajaran IPA Tematik Tema 6 "Panas dan Perpindahannya"
Video Pembelajaran

Kamis, 14 Januari 2021

Menulis Profil Teman

 


#KamisMenulis

Kali ini adalah kegiatan Kamis Menulis ketiga yang saya ikuti. Tantangan kali ini berbeda, saya satu kelompok dengan Ibu Sumarjiyati. Awalnya malu bertanya. Alhamdulillah, ibu mengirim pesan. Mohon maaf baru menjawab pesan di pagi hari. Berikut hasil tulisan saya mengenai profil beliau. 




Sumarjiyati, S.Pd.I. 

 

Lahir 39 tahun silam tepatnya 27 Agustus di Gunungkidul. Memiliki keluarga kecil dengan satu putra dan satu putri. Panggilan sayang saat kecil adalah “Atik”.

Ibu yang hobi membaca dan menanam ini selalu mengembangkan kemampuan menulisnya. Belajar menjadi sebuah keinginan yang besar saat bergabung dengan Belajar Menulis Bersama Om Jay pada gelombang ke-8. Bulan Oktober beliau menjadi anggota AISEI dan bergabung pada Komunitas Lagerunal pada Desember 2020. Menulis baginya adalah bagian terpenting dalam hidup. Menulis beliau bisa merasakan bahagia, dapat berbagi dan memberi inspirasi.

 Ibu Atik menghabiskan waktu kecilnya bersama ibu dan bapak. Melalui pendidikan formal di MI Yappi Banjaran dilanjutkan SMP dekat rumah ibunya. MAN 1 Wonosari, GK, DIY menjadi tempat selanjutnya menimba ilmu hingga menyelesaikan kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah, DIY.  Beliau ingin sekali menjadi guru dan bisa mengisi kegiatan di masjid dekat rumah ibunya. Cita-citanya menjadi guru terwujud berkat jasa ibu dan bapak” serta keluarga. Terutama ibunya yang selalu sabar mendampingi dan selalu memberikan doa tulusnya.

Sejak tahun 2001 mengabdikan diri sebagai guru honorer di salah satu MI swasta di Kecamatan Paliyan Gunungkidul. Setelah 7 tahun mengabdi, beliau diangkat sebagai CPNS dan di tugaskan pada SD N Gedangan I, Kecamatan Gedangsari Kabupaten Gunungkidul. Walupun diangkat pada 2008, SK PNS baru beliau terima 2010. Tahun 2014 mengajukan mutasi ke SD N Karanganyar dan SK baru didapat bulan Mei 2015. Sejak tahun 2015 sampai sekarang masih bertugas di SD N Karanganyar sebagai Guru PAI. Selain sebagai guru beliau juga menjadi Korcam KKG-PAI Kecamatan Gedangsari tahun 2018 -2022.

 Prestasi yang pernah di raih oleh Ibu Sumarjiati antara lain:

Tahun 2019 Juara 1 Guru prestasi Tingkat Gugus Ngalang, Gedangsari

Tahun 2020  Guru Prestasi Tingkat Kecamatan menuju tingkat kabupaten. Kegiatan ini terhenti karena wabah corona. Hingga kini belum ada kelanjutannya.

Moto kesuksesan beliau,  Jangan takut salah untuk mencoba, lakukan yang bisa di lakukan hari ini. Dream Big Set Goals Take Action.

Selama mengikuti pelatihan menulis di akhir bulan Maret tahun 2020 telah berhasil menulis beberapa buku antalogi :

1.     Mencermati Potret Pendidikan Era 4.0

2.     Moment  Special sang Guru

3.     The Meaningful True Stories

4.     Pelangi Hati

5.     Kobaran Semangat Ngeblog

6.     Surat Untuk Ibu

7.     Semesta Merestui

8.     Kisah Inspirasi Sang Guru

9.     Zulmat

10.  Menulis Membangun Masa Depan

11.  Pola Pembelajaran yang Efektif Dari Rumah

12.  Bapak Aku Mencintaimu

13.  Oktober Bermakna

14.  Senandung Guru

15.  I’am Jealous Of The Rain

16.  Di Celah Senja

17.  Untukku

18.  Kharisma Bunda Mulia ( Antologi Puisi)

19.  Detik Pertama Jatuh Cinta

Sumarjiyati, dapat di hubungi melalui WA 08112776583 atau email daffakanu@gmail.com dan  dapat berkunjung ke blog penulis 

81-atik.blogspot.com

FB Atik Suripto

IG: @atik_suripto


Silakan lihat juga profil saya yang dibuat oleh Ibu Sumarjiyati.

             Klik tautan berikut:  Profil Dwi Yulianti


Selasa, 12 Januari 2021

Belajar dan Belajar Lagi



#SelasaBerbagi

Sebelumnya, saya mengucapkan terima kasih kepada semua penggagas, admin, dan anggota grup yang mengizinkan saya bergabung untuk belajar ngeblog. Pada awalnya saya khawatir jika saya tidak bisa aktif di grup, selain masih belajar saya juga memiliki aktivitas lain yang sudah berjalan. Jawaban Pak Brian membuat saya sedikit lega dan memutuskan bergabung. Kamis Menulis, 31 Desember 2020 adalah tulisan pertama saya di blog ini, walau sudah pernah mencoba pada Juli 2019 namun, tak ada tulisan yang tergores pada blog saya.

Hari ini ada kegiatan Selasa Berbagi. Saya bisa belajar kembali bagaimana menulis yang baik. Walaupun masih ada kegiatan lain, namun tetap berusaha membaca setiap pesan yang dituliskan Pak Brian pada grup whatsApp “Cakrawala Blogger Guru”. Dari tiga penjelasan yang dituliskan. Saya tertarik dengan "Beda Word dan Blog". Kesalahan yang saya lakukan saat copas dari word ke halaman blog, kini sudah saya mengerti. Kuncinya adalah yang bisa di copas hanya tulisan saja tanpa pengaturan.

Penjelasan pertama, memberikan motivasi untuk menulis. Ibaratnya, menulis adalah sebuah tantangan pada diri sendiri. Jika berhasil menulis, maka lega rasanya. Penjelasan terakhir adalah bagaimana membuat tulisan lebih enak di baca. Penggunaan tanda baca dan kalimat yang pendek, selalu menjadi kunci utama di setiap tulisan. Hindari kalimat majemuk, agar tulisan yang kita buat nyaman saat dibaca.

Belajarlah menuliskan kembali apa yang sudah dibaca. Setelah menjadi tulisan, baca kembali. Lakukan swasunting, sambil belajar kembali.

Semoga bermanfaat. Terima kasih Pak Brian atas materinya.

Kamis, 07 Januari 2021

Salah Angka Delapan

 


Dwi Yulianti

#KamisMenulis

 

“Tugas kali ini menjawab sepuluh soal yang ada di papan tulis. Waktunya satu jam. Kerjakan berkelompok, masing-masing 4 orang sesuai absen. Silakan,” jelas Bu Aminah mengenai tugas matematika hari ini.

          Aku langsung bangun menuju Hendra karena yakin pasti satu kelompok, dan menunggu dua teman lagi. Dwi dan Tari menghampiri kami. Aku bertanya dalam hati, memang mereka kelompok kami. Mataku menatap Hendra  seakan bertanya.

          “Hei! Ayo kita mulai diskusi,” ujar Tari pada Handi dan Hendra. Namun kedua teman mereka hanya diam saja.

          “Nama awal kita H,” ujar Dwi sedikit kesal.

          “Hestiana Dwi Utami.” Tari menyebut nama lengkap Dwi dengan kesal.

          “Aku, Hardiantari Putri. Masih bingung?”

          “Bukan. Bukan. Kaget saja akhirnya satu kelompok sama jagoan di kelas,” jawab Hendra seenaknya.

          Dwi dan Tari memang jago matematika. Namun mereka juga sedikit sombong. Nilai matematika saat ulangan saja tak pernah di bawah 90. Apalagi jika hanya latihan. Nilai 100 selalu tertulis dibuku mereka. Banyak yang iri dengan kepandaian mereka.

          Aku dan Hendra akhirnya duduk di kursi yang sudah disusun mengelilingi meja. Empat kursi kini sudah terisi. Mereka memulai diskusi kelompok.

          Tak terasa sudah tiga puluh menit mereka mengerjakan tugasnya, ada dua nomor soal yang didiskusikan agak lama.

          Mereka mendebatkan angka berbeda yang mereka tulis. Aku dan Hendra menulis “18 siswa gemar futsal”  pada soal nomor 7, sedangkan Dwi dan Tari menuliskan “16 siswa gemar futsal”. Akhirnya Aku dan Hendra mengalah.

          Soal nomor 10, mereka menuliskan angka yang berbeda juga. 798 dan 788.

          “Kali ini gantian dong. Tadi angka kalian yang dipakai. Sekarang angka kita.” Hendra sedikit memaksa agar angka yang digunakan adalah angka yang mereka tulis. Setelah sepakat maka angka yang digunakan adalah 798.

          Setelah semua selesai. Mereka menuliskan jawaban soal pada buku masing-masing yang nantinya akan dikumpulkan.

          “Waktunya sepuluh menit lagi.” Bu Aminah mengingatkan.

          Ucapan Bu Aminah bersamaan dengan selesainya mereka menulis jawaban di buku tulis. Aku dan Hendra langsung bangun dengan sedikit bangga karena menjadi kelompok yang selesai pertama. Mereka menyerahkan buku pada Bu Aminah, dilanjutkan Dwi dan Tari. Semua mata memperhatikan mereka sesaat. Karena siswa yang lain juga tak ingin kehabisan waktu menyelesaikannya.

          Mereka menunggu nilai yang akan dituliskan pada jawaban mereka. Aku yakin nilainya akan seratus.

          “Kelompok Handi. Silakan diambil bukunya. Untuk kelompok yang lain. Waktunya habis. Silakan dikumpulkan.”

          Aku berjalan ke meja Bu Aminah menerima buku yang diberikan. Sesampainya kembali ke meja tempat berdiskusi,  aku membagikan buku pada Hendra, Dwi, dan Tari.

          “Silakan beristirahat. Kita tutup pelajaran kali ini dengan membaca Alhamdulillah.” Bu Aminah segera beranjak dari kursinya dan berjalan ke luar kelas.

          Kami langsung membuka buku masing-masing untuk melihat nilai kami. Delapan Puluh.

          “Apa? Nomor 7 dan 10 salah.” Hendra berteriak sehingga teman-teman yang sedang berjalan ke luar kelas menengok pada kami.

          Nggak apa juga sih, ini adalah nilai paling bagus di pelajaran matematika.” Lanjut Hendra dengan suara yang sudah merendah volumenya. Teman-teman yang tadinya menghentikan langkahnya kini kembali melangkahkan kakinya keluar kelas.

          Aku lihat Dwi dan Tari juga diam tak bergerak melihat nilai di buku mereka. Aku berjalan ke arah papan tulis ingin melihat kesalahan yang kami buat.

          “Ha ha ha ...., kenapa angka delapan bisa ditulis jadi angka enam dan sembilan ya?” ucapku setelah aku melihat kesalahan yang kami lakukan.

          Hendra, Dwi, dan Tari menghampiri aku. Mereka melihat juga kesalahan yang telah  kami lakuan.

          “Ha ha ha ....” Akhirnya mereka tertawa bersama. Meletakkan buku di meja masing-masing kemudian berjalan mengikuti teman lainnya. Menuju kantin.

 

***

Jumat, 01 Januari 2021

Awal adalah Akhir

 



Sebuah langkah awal membayangi

Mendera begitu kencang

Tak terbendung

Datang.

 

Lelah

Menerjang hati

Seakan tak bertepi

Membuat hati menjadi beku.

 

Harapan dan mimpi hilang

Ditelan gelapnya malam

Menerpa siang

Sunyi.

 

Pergi

Sebuah ilusi

Namun kini pasti

 Gemerlap bintang akan diraih.

 

Awal adalah akhir yang telah selesai... Bismillah